Powered By Blogger

Selasa, 23 Desember 2008

JANGAN DUSTA, LA TAKZIB

Umur, baik umur manusia atau umur suatu bangsa sangat menentukan. Sebagai manusia, usia 40 tahun seharusnya sudah dalam kondisi konsis. Jika masih ada manusia yang sudah berusia 40 tahun masih juga melakukan ‘amalun shalihun la yardlahu, selamanya dia tidak akan mendapatkan ridha.

Begitu pula suatu bangsa. Manusia yang sudah berusia 40 tahun namun masih tidak konsisten dengan kebaikan, dia akan menjadi manusia yang hancur sebab biasanya pada usia itu manusia harus sudah memiliki wisdom (bijak).

Lalu apa ukurannya? Biasanya kidzib atau dusta. Jika pada usia itu masih senang berdusta, pertanda dia akan terjerumus kepada perbuatan yang bermakna kejahatan. Rasulullah pernah memberi nasihat kepada orang yang datang kepada Rasul untuk masuk Islam. Sesudah syahadatain, “la takdzib” (jangan dusta). Rasul ditanya sampai tiga kali, “sesederhana itu ya Rasul?” Rasulullah selalu menjawab, “la takdzib”.

Kunci kesuksesan seseorang terletak pada pembohong atau tidak pembohongnya. Apakah dia mengidap penyakit kidzib atau tidak. Jika sudah berumur 40 tahun masih bohong hingga menjelang maut pun akan terus berbohong. Jangan berharap menjadi manusia yang bisa menyelesaikan urusannya dengan baik. Sekali lagi, orang yang akan menuju sukses kuncinya “la takdzib”.

Pertanyaannya jika sudah berumur 40 tahun ke atas lalu masih senang kidzib, apa obatnya? Pada prinsipnya setiap penyakit memiliki obat. Ya Allah, mudah-mudahan kita semua tidak termasuk golongan orang-orang kidzib. Maka mari jaga diri dan hati agar jangan sampai terkena penyakit kidzib. Jika merasa sudah kena, segera obati sendiri sebab mengobati diri sendiri dari suatu penyakit yang ada di hati adalah lebih baik.

Bangsa pun demikian. Negara, bangsa atau kelompok masyarakat jika sudah terjangkit penyakit kidzib, grafik bangsa atau negara itu biasanya akan menurun. Sebaliknya jika bangsa atau negara atau kelompok masyarakat bisa mengatasi penyakit kidzib yang ada pada kehidupan mereka, biasanya bangsa atau negara itu cepat maju. Sekali lagi, masyarakat yang terkena penyakit kidzib pasti rusak, namun masyarakat yang bisa sadar dari penyakit itu pasti cepat maju. Bangsa yang melakukan kebajikan dan kebijakan maka masyarakat bangsa itu akan menjadi masyarakat yang bersih dan berwibawa.

Lalu apa yang menjadi ukuran kidzib? Apa yang besarnya diharamkan, maka kecilnya pun diharamkan. Itu ukurannya. Maka dusta kecil pun sesuatu yang berbahaya. Jangan takut melawan dan mengatasi kidzib. Kita mulai pada diri masing-masing, bukan dari orang lain. Itulah yang diistilahkan oleh Rasul, ibda’ bi nafsika, mulailah dari setiap diri.

MARILAH MENGGALANG SOLIDARITAS

Idul Kurban tahun 1429/2008 ini, dunia ditandai dengan terjadinya suatu kesulitan besar dalam menata perikehidupan umat manusia penghuni bumi ini. Bumi yang dihuni berbagai bangsa yang tersebar dalam berbagai negara, secara serentak merasakan kesulitan tersebut, semua menyatakan bahwa negara-negara yang ada masuk dalam krisis yang menakutkan.

Ternyata kesusahan, kesulitan, maupun krisis ini terjadi justru pada saat zaman semakin modern, sains teknologi semakin tinggi; dimana krisis yang dihadapi umat manusia ini bukan semakin tertanggulangi, namun justru semakin meluas dan mendalam
Di dalam situasi krisis dan tantangan yang semakin menghimpit inilah umat manusia selalu diingatkan agar tidak kehilangan semangat dan harapan, dan agar selamat, umat manusia mesti kembali kepada hakekat kehidupannya yakni saling bergandeng tangan menggalang solidaritas, yang kuat menolong yang lemah.

Adalah suatu kebutuhan apabila manusia memandang kemasa depannya (itulah harapan). Harapan akan memperoleh sesuatu itulah yang membuat pekerjaan terasa manis. Dimana ada keyakinan dan keimanan kepada Allah Tuhan Yang Maha Esa, yang hidup, yang berprakarsa, bertindak dan bercampur tangan dalam hidup manusia, serta percaya bahwa Ia akan menepati janji-janjiNya, disitu harapan dalam pengertian orang yang beriman menjadi mungkin. Orang beriman yakin, bahwa hal-hal yang ia harapkan akan menjadi kenyataan dan harapannya tidak akan mengecewa¬kannya.

Dalam konteks sebagai bangsa Indonesia, dimana himpitan krisis berskala nasional yang kita alami sejak 10 tahun lalu, belumpun dapat dipulihkan secara menyeluruh, kini krisis global sedang menghadang kembali.

Dalam menanggulangi krisis yang terjadi silih berganti yang belum tertanggulangi secara tuntas ini, sebagai bangsa, kita harus berani mengadakan evaluasi. Apa gerangan yang kita harus tata ulang?
Sebagai bangsa, dalam bernegara, sesungguhnya kita telah memiliki landasan dasar yang kokoh yang mumpuni, sebagai landasan strategi budaya, strategi mengelola cara berpikir, bertindak, bereaksi lokal, nasional, maupun global.
Mungkin yang harus ditata ulang adalah ketaatan dan keberpihakan serta kesetiaan bangsa terhadap asas dan dasar negara yang telah disepakati bersama. Mungkin sebagai bangsa, belum sepenuhnya konsen, untuk meletakkan dasar-dasar negara ini sebagai suatu sistem yang utuh, sehingga tindakan yang dilakukan, orientasinya selalu belum, bahkan tidak berpihak kepada dasar-dasar yang telah disepakati.

Bahwa terjadinya perubahan politik (reformasi) yang dibarengi oleh terjadinya krisis ekonomi jilid I di negara kita, yang telah berjalan 10 tahun, kita selalu saja menyaksikan sajian tindakan-tindakan yang selalu antagonistis terhadap dasar-dasar negara yang telah disepakati.

Sebagai negara berdasar atas Ketuhanan Yang Maha Esa dan negara menjamin kemerdekaan tiap-tiap penduduk untuk memeluk agamanya masing-masing dan untuk beribadat menurut kepercayaannya.
Jaminan yang diberikan oleh dasar dan Undang-Undang Dasar Negara Indonesia ini sungguh sangat mendasar dan menyeluruh bagi bangsanya, tidak terkecuali. Namun dalam praktek kehidupan nyata selama 10 tahun berjalan ini, justru semakin bebas kita menyaksikan kemunafikan sikap sebagian rakyat bangsa Indonesia. Praktek-praktek kebrutalan atas nama agama, kejahatan kemanusiaan atas nama agama dilakukan dengan enteng tanpa beban, bahkan mereka berkeyakinan bahwa tindakan-tindakan mereka itu mendapat ridlo Tuhan.

Sebagai negara yang berdasar atas kemanusiaan yang adil dan beradab, yang telah dijabarkan oleh UUD negara dalam bab hak azasi manusia, yang secara panjang lebar diurai dalam berbagai pasal dan ayat-ayatnya, bahkan dipertegas lagi dalam petunjuk detail berupa UU tentang hak azasi manusia. Semuanya itu agar dapat melindungi manusia/kemanusiaan serta mengajak dan mendorong bangsa Indonesia agar dapat memiliki budaya saling mengorangkan orang.

Dalam konteks budaya saling mengorangkan orang ini, kita bangsa Indonesia masih perlu terus memupuk dan meningkatkan kemampuan.
Walhasil, seluruh dasar negara Indonesia yang kita simpulkan sebagai ajaran Illahi dan merupakan ideologi modern ini, akan menjadi tidak bermakna, jika tidak menjadi pola pikir, sistem berpikir dan bertindak bagi bangsa Indonesia dalam menghadapi berbagai masalah hidup dan kehidupan berbangsa dan bernegara.

Kembali kepada tajuk utama pesan Idul Kurban tahun ini “menggalang solidaritas sesama bangsa”, mari kita yakini bahwa kita bangsa Indonesia ini adalah bangsa yang majemuk, majemuk dalam kesukuan, keagamaan, ras , dan golongan, namun menyatu dalam kebangsaan, yakni Indonesia. Tidak ada yang lebih tinggi derajatnya kecuali yang hidupnya dapat lebih bermanfaat dan menyebarkan manfaat bagi kemaslahatan hidup bangsanya dan manusia pada umumnya.

Tatkala bangsa ini dapat menyingkirkan/mengendalikan keangkuhannya dan rasa superioritas kesukuan, keagamaan, ras, dan golongannya, maka akan terkikis rasa saling curiga, saling merasa benar sendiri, angkuh, yang pada gilirannya akan tumbuh rasa saling toleransi dan terbukalah semangat dan harapan untuk menata masa depan bersama yang cerah.

Solidaritas yang kita maksudkan adalah, sifat satu rasa, senasib, setia kawan, dll. Sifat solider semacam ini baru akan timbul jika kita telah menyatu dalam pola pikir dan sistem berpikir bersumber dari dasar yang sama, yakni nilai-nilai dasar negara Indonesia yang telah disepakati. Dengan didukung oleh potensi-potensi yang dimilki oleh warga bangsa dan didukung oleh rasa solidaritas yang tinggi dalam menghadapi berbagai tantangan, kita yakin, harapan kita untuk masuk kedalam masa depan yang cerah dalam wujud Indonesia Kuat, menjadi sangat mungkin untuk wujud.

Harapan memasuki masa depan bersama yang cerah dalam bentuk Indonesia menjadi Kuat merupakan pengharapan akan kemuliaan masa depan dan keselamatan nya. Dan harapan akan keselamatan ini adalah sebuah “topi baja” suatu bagian yang paling penting dari pakaian besi untuk perang melawan kejahatan kemanusiaan.

Harapan yang kita maksud, tidak seperti layang-layang, yang tergantung kepada angin yang berubah-ubah, melainkan seperti “sauh jiwa yang tetap mantap dan tidak berubah”, menembus jauh kedalam alam abadi yang tidak nampak. Ini maknanya kita harus membuang jauh-jauh rasa cemas menyongsong hari esok, sebab hari esok ada dalam genggaman Tuhan yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang.

Dengan bermodalkan solidaritas sesama bangsa dan sikap toleransi yang tinggi antara sesama warga bangsa, dan dengan Kekuatan Besar serta kasih sayangNya, akan memampukan kita berbuat hal-hal yang besar, bahkan melebihi apa yang telah kita perbuat selama ini, untuk mengatasi kesulitan, tantangan dan krisis yang menghimpit secara nasional maupun global. Dan kita diberi kemampuan melihat masa depan, ke suatu masa dimana kita akan terus mengambil bahagian untuk kestabilan dan ketertiban dunia.
Kita yakin, karena bangsa Indonesia secara demokratis telah membentuk suatu pemerintahan negara Indonesia, untuk melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia dan untuk memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa. Kiranya pemerintah dengan bergandengan tangan bersama segenap lapisan rakyat Indonesia yang berjumlah lebih dari 230 juta orang, dan dengan solidaritas yang tinggi, dapat menanggulangi tantangan besar yang dihadapi.
Pemerintah bersama rakyat Indonesia dalam menata perekonomian nasional dan mewujudkan suatu keadilan sosial semestinya selalu konsisten / istikomah terhadap konstitusi, berpihak pada sebesar-besar kemakmuran rakyat dan berprinsip kebersamaan. Kemampuan pemerintah dalam mengemban tugas negara berdasar konstitusi selalu diuji dan dinilai oleh rakyat. Keberhasilan ataupun sebaliknya, rakyat pula yang akan memberi penilaian, melalui sistem demokrasi.

Pada tahun 2009 yang akan datang ini bangsa Indonesia kembali akan mengadakan pemilihan umum, sebagai penilaian terhadap kerja dan kinerja pemerintah selama periode pemerintahannya, dan untuk memberi mandat baru bagi pemerintah berikutnya.
Kita berharap pilihan rakyat akan membawa hasil, dengan tampilnya pemimpin pemerintahan yang berkemampuan menanggulangi berbagai problem yang dihadapi oleh bangsa dan negara Indonesia, dan untuk itu mari kita sukseskan pelaksanaannya.

Minggu, 30 November 2008

MOMENTUM 2009

Salam sejahtra buat kita semua

Saudara-saudaraku sebangsa dan setanah air, tahun 2009 kita akan menghadapi momen yang sangat penting Pertama: Pemilihan legislatif (DPR,DPRD TK I DAN DPRD TK II ). dan kedua: Pemilihan presiden dan wakil presiden. sebagi warga negara indonesia tentu kita berkewajiban mensukseskan pemilu dengan aman,tentram dan damai, pemilu merupakan tolok ukur dan identitas sebuah bangsa dengan menganut sistem Demokrasi guna menuju paradigma baru menuju perubahan.

Penomena barrak obama telah membawa angin segar kaum muda indonesia untuk berkiprah dan berkarya dalam tatanan kehidupan berbangsa dan bernegara demi terwujudnya "persatuan indonesia dan Mewujudkan keadilan sosial bagi seluruh rakyat indonesia" . Era demokrasi telah membuka cakrawala berpikir masyarakat indonesia hinggga keplosok desa. pada umumnya memang rakyat indonesia merasa jenuh dan bosan setiap menghadapi pemilihan raya tapi itulah sistem demokrasi bangsa kita ini.

perlu kita sadari bahwa dalam setiap kegiatan kampanye para calon anggota legislatif ( caleg ), masyarakat selalu di jadikan komoditas politik atau rakyat di jadikan obyek dengan janji-janji manis dan menukar suara dengan selembar Rupiah yang demikian itulah salah satu contoh pendidikan politik yang tidak mempunyai wawasan jauh kedepan dan mendidik, setelah duduk di kursi DPR ibarat kacang lupa kulitnya dan pada akhirnya saat itu juga rakyat dan si caleg tadi putus hubungan jadi secara batiniyah rakyat tidak punya perwakilan untuk menyampaikan aspirasinya.

inilah salah satu gambaran yang harus kita jadikan pemahaman. tetapi mestinya masyarakat memposisikan dirinya sebagi subyek (pelaku) dengan cara berjuang bersama-sama para pemimpin menuju perubahan guna mengangkat harkat dan martabat daerah itu sendiri, kita lihat catatan sejarah awal kemerdekaan republik ini pada saat bung karno rakyat tidak di jadikan obyek tetapi subyek atas keikhlasannya rakyat memilih bung karno sebagi presiden bukan atas dasar pembelian suara( uang ) tetapi rakyat lebih memilih calon pemimpin di lihat dari sosok ( pigur) yang realitasinya dapat di pertanggung jawabkan sehingga antara rakyat dan pemimpin ada rasa kebersamaan (Ke-kita-an), keterpaduan berjuang secara bersama-sama bukan ke-aku-an. saya menyarankan agar masyarakat jangan lagi sampai terjebak demi kepentingan politik sesaat. memilih calon pemimpin bukan di ukur dari berlimpahnya materi tapi Figurnya yang harus kita jadikan sandaran dan harapan sebagi perwakilan kita. tidak usah melihat dari partai manakah ia, besar atau kecilnya partai tersebut semoga dapat di jadikan pelajaran.

Jumat, 10 Oktober 2008

PANCASILA AJARAN ILAHI, IDIOLOGI TERBUKA DAN MAKNA NILAI-NILAI DASAR

Bismillahirrohmanirrohim



Pesan yang terkandung dalam lagu kebangsaan Indonesia Raya terdapat satu diktum kalimat yang berbunyi “Hiduplah Indonesia Raya”. Negara kita Indonesia Raya, hidup dan akan terus hidup serta tegak berdiri di atas dasar: Ketuhanan Yang Maha Esa, Kemanusiaan yang Adil dan Beradab, Persatuan Indonesia, dan Kerakyatan yang Dipimpin oleh Hikmat Kebijaksanaan dalam Permu¬syawaratan/Perwakilan, serta dengan mewujudkan suatu Keadilan Sosial bagi Seluruh Rakyat Indonesia.Selanjut, makna nilai-nilai dasar Negara itu.
Ketuhanan Yang Maha Esa
Memahami substansi nilai-nilai dasar negara adalah menjadi hak dan kewajiban setiap warga negara. Tatkala memahami Ketuhanan sebagai pandangan hidup ini maknanya: mewujudkan masyarakat yang beketuhanan, yakni masyarakat yang anggotanya dijiwai oleh semangat mencapai ridlo Tuhan / Mardlatillah, melalui perbuatan-perbuatan baik bagi sesama manusia dan kepada seluruh makhluk.Karenanya, membangun Indonesia berdasar Ketuhanan Yang Maha Esa adalah membangun masyarakat Indone¬sia yang memiliki jiwa maupun semangat untuk mencapai ridlo Tuhan dalam setiap perbuatan baik yang dilakukannya. Dari sudut pandang etis keagamaan, negara berdasar Ketuhanan Yang Maha Esa itu adalah negara yang menjamin kemerdekaan tiap-tiap penduduknya untuk memeluk agama dan beribadat menurut agama dan kepercayaan masing-masing.
Dari dasar Ketuhanan Yang Maha Esa ini pula menyatakan bahwa suatu keharusan bagi masyarakat warga Indonesia menjadi masyarakat yang beriman kepada Tuhan, dan masyarakat yang beragama, apapun agama dan keyakinan mereka. Kemanusiaan yang Adil dan BeradabSejarah adalah wujud pengalaman manusia untuk berperadaban dan berkebudayaan, karenanya, peradaban, politik, dan kebudayaan adalah bagian dari pada kehidupan manusia.Kemanusiaan, sangat erat hubungannya dengan ketuhanan. Ajaran Illahi menjadi tidak dapat diimple¬mentasikan jika tidak wujud sikap kemanusiaan yang hakiki. Struktur pemerintahan tidak sepenting semangat perwu¬judan kemanusiaan yang adil dan beradab yang jauh dari pada pendendam dan egoistik / ananiyah.

Demokrasi yang paling menyeluruh sekalipun akan membawa sengsara, jika rakyat tidak memiliki sikap kemanusiaan yang adil dan beradab / jujur, apapun sistem pemerintahan yang ditempuh, tanpa semangat kemanusiaan yang adil dan beradab sengsara jua ujungnya.
Kemanusiaan yang adil dan beradab memerlukan kesetiaan pada diri ketika menjalani kehidupan, kema¬nusiaan yang adil dan beradab adalah sebuah semangat dan kegigihan mengajak masyarakat agar kembali ke pangkal jalan dan membangun kembali revolusi bathin masing-masing, mendisiplinkan diri dengan baik, untuk menemukan kendali dan penguasaan diri.
Kemanusiaan yang adil dan beradab
adalah suatu kemampuan untuk menyeimbangkan antar kemakmuran lahiriyah dengan kehidupan ruhaniyah. Kemanusiaan yang adil dan beradab adalah semangat mempersiapkan generasi penerus yang mampu melihat lebih dari kepentingan diri sendiri serta memiliki perspektif yang jelas untuk kemajuan masyarakatnya. Kemanusiaan yang adil dan beradab, adalah pemben¬tukan suatu kesadaran tentang keteraturan, sebagai asas kehidupan sebab setiap manusia mempunyai potensi untuk menjadi manusia sempurna, yakni manusia yang berperadaban. Manusia yang berperadaban tentunya lebih mudah menerima kebenaran dengan tulus, dan lebih mungkin untuk mengikuti tata cara dan pola kehidupan masyarakat yang teratur, yang mengenal hukum. Hidup dengan hukum dan peraturan adalah ciri masyarakat berperadaban dan berkebudayaan.
Kemanusiaan yang adil dan beradab adalah semangat membangun pandangan tentang kehidupan masyarakat dan alam semesta untuk mencapai kebahagiaan dengan usaha gigih. Kemanusiaan yang adil dan beradab menimbulkan semangat universal yang mewujudkan sikap bahwa semua bangsa dapat dan harus hidup dalam harmoni penuh toleransi dan damai. Kemanusiaan yang adil dan beradab akan menghantar kehidupan menjadi bermakna, karena dicapai dengan berbakti tanpa mementingkan diri sendiri demi kebaikan bersama. Kemanusiaan yang adil dan beradab adalah suatu sikap revitalisasi diri, untuk memupuk dinamisme kreatif kehidupan, yang menghantarkan seseorang menjadi selalu dinamis, selalu sensitif dan peka pada gerak perubahan dan pembaharuan. Revitalisasi diri sebagai buah kemanusiaan yang adil dan beradab, tidak terbatas bagi pemeluk agama tertentu siapapun dengan agama apapun dapat melakukannya. Semakin teguh seseorang menempuh kemanusiaan yang adil dan beradab, semakin rendah hati, dan semakin teguh keyakinannya semakin murah hati pula. Dalam hal ini, misi tulen agama adalah untuk memupuk pembentukan sifat dan menggalakkan usaha menguasai diri, yakni toleran dan damai.
Persatuan Indonesia
Persatuan adalah gabungan yang terdiri atas beberapa bagian yang telah bersatu. Persatuan Indonesia adalah suatu landasan hidup bangsa atau sistem, yang selalu mementingkan silaturahim, kesetiakawanan, kesetiaan, dan keberanian. Kehadiran Indonesia dan bangsanya di muka bumi ini bukan untuk bersengketa. Indonesia wujud dan hidup untuk mewujudkan kasih sayang sesama bangsa maupun antarbangsa.Persatuan Indonesia, bukan sebuah sikap maupun pandangan dogmatik dan sempit, namun harus menjadi upaya untuk melihat diri sendiri secara lebih objektif dengan dunia luar. Suatu upaya untuk mengimbangi kepentingan diri dengan kepentingan bangsa lain, atau dalam tataran yang lebih mendalam antara individu bangsa dan alam sejagad, yang merupakan suatu ciri yang diinginkan sebagai warga dunia.Dalam jangka panjang, prinsip persatuan Indonesia harus menjadi asas ruhaniah suatu peraturan-peraturan dan struktur membangun satu orde antarbangsa yang adil. Persatuan Indonesia harus mampu menanamkan pemikiran terbuka dan pandangan jauh bagi bangsa Indonesia, sebab hanya mereka yang berpandangan jauh dan berpikiran terbuka yang dapat mendukung aspirasi ke arah internasionalisme maupun globalisme.Persatuan Indonesia seperti ini, akan menghantar rakyat Indonesia memiliki kebanggaan yang tulus tentang identitas mereka sebagai warga negara maupun warga dunia. Pandangan dan sikap seperti ini tidak akan melenyapkan ciri-ciri unggul suatu bangsa, malahan akan dapat memantapkan ciri-ciri unik sebuah masyarakat bangsa, yakni masyarakat bangsa yang sadar terhadap tanggung jawab global, bersatu dalam mewujudkan persatuan universal, masing-masing menyumbangkan keistimewaannya.

Persatuan Indonesia seperti ini akan mampu menyingkirkan permusuhan internal bangsa, sebab pencapaiannya tidak melalui kekuatan militer, melainkan melalui tuntutan ilmu, dan peradaban yang membudaya dalam kehidupan masyarakat. Persatuan Indonesia yang berpegang pada prinsip bahwa kemajuan kebudayaan dapat menyamai nilai-nilai universal, sehingga dapat menjadi kekuatan yang dapat mengangkat harkat martabat rakyat untuk menjadi warga negara dan seterusnya warga dunia yang baik.
Kerakyatan yang Dipimpin oleh Hikmat Kebijaksanaan dalam Permusyawaratan/Perwakilan
Suatu landasan yang harus mampu menghantar kepada prinsip-prinsip republikanisme, populisme, rasionalisme, demokratisme, dan reformisme yang diperteguh oleh semangat keterbukaan, dan usaha ke arah kerakyatan universal. Prinsip-prinsip kerakyatan seperti ini, harus menjadi cita-cita utama untuk membangkitkan bangsa Indonesia meyadari potensi mereka dalam dunia modern, yakni kerakyatan yang mampu mengendalikan diri, tabah menguasai diri, walau berada dalam kancah pergolakan hebat untuk menciptakan perubahan dan pembaharuan.Yakni kerakyatan yang selalu memberi nafas baru kepada bangsa dan negara dalam menciptakan suatu kehidupan yang penuh persaingan sehat.
Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmah kebijaksanaan adalah kerakyatan yang dipimpin oleh pendidikan. Sebab pendidikan merupakan prasyarat untuk menyatukan rohaniah.Pendidikan adalah tonggak utama makna daripada hikmah kebijaksanaan. Hikmah kebijaksanaan atau pendidikan akan mewarnai kerakyatan yang penuh harmoni, toleransi dan damai, jauh daripada sikap radikalisme apatah lagi terorisme.Hikmah kebijaksanaan atau pendidikan, mampu menciptakan interaksi dan rangsangan interdependensi antar manusia dalam lingkungan bangsa yang multikultural dan majemuk. Sebab manusia berpendidikan akan selalu menghormati suatu proses dalam segala hal.Hikmah kebijaksanaan atau pendidikan menjadi pedoman kerakyatan, sebab ia merupakan cara yang paling lurus dan pasti, menuju kearah harmoni, toleransi dan damai. Pendidikanlah yang memungkinkan kita selaku rakyat suatu bangsa dapat bersikap toleran atas wujud kemajemukan bangsa.
Hikmah kebijaksanaan menampilkan rakyat berfikir pada tahap yang lebih tinggi sebagai bangsa, dan membebaskan diri daripada belenggu pemikiran berazaskan kelompok dan aliran tertentu yang sempit.Karenanya membangun hikmah kebijaksanaan adalah membangun pendidikan, dan itulah hakekat membangun kerakyatan yang berperadaban yang kaya akan kebudayaan, yakni kerakyatan yang terhindar dari saling curiga dan permusuhan.Mewujudkan Suatu Keadilan Sosial Mewujudkan suatu keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia adalah merupakan tujuan dari cita-cita bernegara dan berbangsa, menyangkut keilmuan, keikhlasan pemi¬kiran, kelapangan hati, peradaban, kesejahteraan keluarga, keadilan masyarakat dan kedamaian.
Itu semua bermakna mewujudkan keadaan masyarakat yang bersatu secara organik yang setiap anggotanya mempunyai kesempatan yang sama untuk tumbuh dan berkembang serta belajar hidup pada kemampuan aslinya. Dengan mewujudkan segala usaha yang berarti yang diarahkan kepada potensi rakyat, memupuk perwatakan dan peningkatan kualitas rakyat, sehingga memiliki pendirian dan moral yang tegas.
Mewujudkan suatu keadilan
juga berarti mewujudkan azas masyarakat yang stabil yang ditumbuhkan oleh warga masyarakat itu sendiri, mengarah pada terciptanya suatu sistem teratur yang menyeluruh melalui penyempurnaan pribadi anggota masyarakat, sehingga wujud suatu cara yang benar bagi setiap individu untuk membawa diri dan suatu cara yang benar untuk memperlakukan orang lain.Karenanya, mewujudkan suatu keadilan harus menjadi suatu gerakan kemanusiaan yang serius, dan sungguh-sungguh dilakukan oleh rakyat, dengan metoda dan pengorganisasian yang jitu sehingga tujuan mulia ini tidak berbalik menjadi paradoks dan kontradiktif yakni menjadi gerakan pemerkosaan terhadap nilai-nilai keadilan dan kemanusiaan.

Selasa, 09 September 2008

MANEJEMEN KEPEMIMPINAN

" sesungguhnya aku hendak menjadikan khalifah di muka bumi, Mereka berkata: Mengapa engkau hendak menjadika khalifah sementara orang itu akan membuat kerusakan padanya dan menumpahkan darah padahal kami senantiasa memuji engkau? Allah berfirman: sesungguhnya aku mengetahui apa yg tidak kamu ketahui" Qs 2:3
Allah lebih mengetahui siapa yang lebih baik di jadikan pemimpin bagi kaum-Nya, dengan perantara Qalam kita mengetahui model kepemimpinan dan pemerintahan yang di ridhoi allah. dalam sejarah kehidupan manusia yang di abadikan di dlm alqur'an ada tiga model pemerintahan yang pernah berlaku di dunia rasanya hal ini perlu kita beberkan dalam tulisan ini agar dapat dijadikanpelajaran dan pengetahuan bagi manusia ( umat ) bangsa indonesia.
Yang pertama: SYSTEM PEMERINTAHA JAHILIYAH? adalah system pemerintahan ini tidak mengambil al-qur'an sebagai pedoman dan petunjuk allah dalam mengatur pemerintahannya alias memakai hawa nafsu manusia, sebuah pemerintahan yang aturan dan tatanan kehidupan bernegaranya di buat atas dasar sekelompok manusia dan di jadikan landasan bernegara. system ini di peraktekan oleh abu jahal ( amr bin hisyam abu al-hakam ) yang membuat aturan sendiri karena dia adalah sarjana hukum masa itu. maka system yang berlaku pada masa itu hukum jahiliyah, padahal saat itu sudah ada hukum wahyu namun abu jahal dan kawan-kawan tidak menghendaki aturan allah ( al-qur'an ) dalam kehidupan rakyatnya, namun mereka justru membuat aturan sendiri menurut kemauannya.
Kedua: SYSTEM ISLAMIYAH sebuah system dimana mengatur kehidupan bernegaranya menjadikan al-qur'an sebagai landasan dasar bernegara di dalam mentegakan superemasi hukumnyapun bersumber dari al-qur'an. intinya menterjemaahkan kalimat ( ayat-ayat) allah di dalam kehidupan bernegaranya. yang oleh kebanyakan orang di katakan syariah islam. system kehidupan yang islami pernah di peraktekan oleh Nabi Muhamad saw, yang penuh dengan duri-duri perjuangan, karena di dalam setiap mentegakan kebenaran pasti ada rintangan tembok kebatilan yang menghalang-halangi. dalam sejarah manapun, termasuk dalam kisah sinetron atau komikpun sama. kebenaran pasti akan menang meskipun dari awal cerita kebenaran selalu tertindas dan teraniyaya.
Ketiga: SYSTEM KAFIR. system pemerintahan ini yang membedakan antara keimanan kepada allah dan kepada rosulnya, pada hakekatnya pelaku pemerintahan sistem ini percaya kepada allah dan hukumnya ( aturan ) allah itu benar namun mereka tidak menghendaki aturan itu secara kaffah ( totalitas), kaum ini hanya mau melkukan yang menguntungkan saja dan tanpa resiko. dan mereka bermaksud mencampuradukan antara hukum allah dan hukum thogut ( hawahu) dengan bermaksud mengambil jalan tengan diantara haq dan batil, "sesungguhnya yang demikian itulah Kafirun haqqon" Qs 4:150-151.
dengan tiga contoh pemerintahan tersebut di atas adalah : allah hendak menguji manusia ( umat ) agar mereka memilih. tentunya sampai saat ini system pemerintahan tiga model masih ada dan menjadi bahan evaluasi di dlm diri kita, kira kira kita masuk dalam kategori pemerintahan mana? mudah-mudahan allah menunjuki orang-orang yang mempunyai kafabilitas,kuantitas dan kwalitas kepemimpinan dlm semua spek kehidupan. amiiiiiiiin

SEBUAH PERENUNGAN

Jadilah engkau bunga2 kehidupan yg menebarkan wewangian di atmosfer busuknya kejahiliyahan bumi indonesia raya,
jgn hiraukan kepingan jiwamu yang berserakan di sepanjang jln

Engkaulah wartawan yg menginformasikan berita dari tuhanmu
jabarkan inti kebenaran di dalam kehidupan

kebenaran yg bergejolak di kalbumu hrs kau sampaikan meskipun resikonya kau di-muhamad-kan, di-majnun-an atau di kucilkan.

engkaulah khalifah yg di tugaskan allah di bumi maka bangunlah rumah tempat berlindung bagi anak cucumu
jika tdk segera kau selesaikan rmhmu kefitrahan anak cucumu akan terganggu

kaulah pelaku sejarah, ciptakan sejarah gemilang sulamlah karya emas agr menjadi kebanggaan anak cucumu
engkaulah mujahid/mujahidah,

jalankan tugasmu dlm memfatwakan ajaran Nabimu ke dalam hati dan pikiran semua orang yang bersedia mendengar kebenaran.